Selasa, 17 Oktober 2017

Apa Arti dan Penjelasan Sosiologi Sebagai Ilmu & Metode

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindra atau  segala sesuatu yang kita ketahui dari berbagai sumber yakni benalar, pengalaman, wewenang, dan intuisi. Pengetahuan memerlukan pembuktian kebenaran untuk menghilangkan prasangka, kira-kira dan ketidakpastian. Sebaluknya, kepercayaan (beliefs), takhayul (supperstition), dan khayalan (Imagination) tidak memerlukan pembuktian seperti diatas. 

Ilmu merupakan kumpulan yang terdiri dari pengetahuan ilmiah yang didapatkan melalui suatu langkah-langkah yang sistematis, dapat diperiksa, serta dapat ditelaah secara mendalam oleh orang lain.

Semua bidang ilmu pengetahuan senantiasa berupaya mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang telah ada. Hal demikian bertujuan  agar suatu ilmu mampu dalam menjawab setiap perbuahan dalam bidang kajiannya. Ilmu memiliki fungsi yang mana dalam suatu prosedur di bagian awal tadi disebut dengan metode ilmiah

1. Sosiologi Sebagai Metode

Menurut Paul B. Harton, terdapat beberapa langkah dalam penelitian ilmiah yang dapat dengan mudah untuk disusun secara sistematis tetapi tidaklah semudah itu dilaksanakan, antara lain: 
  • Merumuskan masalah. Sebagai langkah awal dalam suatu penelitian sosial, kita harus menemukan suatu permasalahan yang bermanfaat untuk dicarikan penyelesaianya melalui suatu yang dikatakan metode ilmiah. 
  • Meninjau kepustakaan. Meninjau kepustakaan artinya kita membaca dan juga mengumpulkan pendapat atau juga teori yang dapat dijadikan sebagai suatu landasan dalam memecahkan suatu permasalahan. 
  • Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang disusun menurut teori yang telah dipertimbangkan dengan sangat hati-hati yang bertujuan untuk menghubungkan suatu fakta yang telah diketahui dengan cara yang mampu diterima akal (logis dan dapat diuji. 
  • Merencanakan Desain Penelitian. Bagian yang berisi mengenai apa yang perlu untuk dikupas, data apa yang perlu untuk dicari, di mana kita dapat menemukannya, serta bagaimana mengumpulkan, mengolah dan mengalisisnya. 
  • Mengumpulkan Data. Data hasil penelitian dikumpulkan untuk menguji hipotesis dan menghindari adanya suatu kesulitan yang tidak terduga. 
  • Menganalisis Data. Data dari hasil penelitian tersebut dikumpulkan dalam menguji hipotesis dan menghindari adanya kesulitan yang tidak terduga. 
Menarik Kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan, terdapat beberapa hal yang turut diketahui yakni: 
  • Apakah dugaan awal dapat diterima atau ditolak? 
  • Apakah hasil dapat meyakinkan? 
  • Apakah penelitian demikian mampu untuk menambah pengetahuan kita? 
  • Apakah pengaruh terhadap adanya perkembangan ilmu sosiologi? 
  • Saran-saran apakah yang dapat timbul dari adanya penelitian lanjut? 

2. Pengertian Sosiologi

Sosiologi yang berasal dari kata latin Socius yang berarti teman atau sesama dan logos yang diartikan dalam bahasa yunani sebagai  "cerita" atau ilmu. Pengertian sosiologi secara ilmu adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola hubungan dalam masyarakat, serta berusaha mencari pengertian umum, rasional, dan empiris tentang masyarakat.

3. Ciri-Ciri Sosiologi 

Ciri-ciri utama dalam sosiologi adalah:
  • Empiris adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengamatan atau observasi adanya kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat dugaan. 
  • Teoritis adalah suatu ilmu pengetahuan yang selalu berusaha dalam menyusun abstraksi dari hasil-hasil pengamatan. Abstraksi demikian merupakan kesimpulan logis yang bertujuan dalam menjelaskan hubungan sebab-akibat sehingga mampu menjadi sebuah teori. 
  • Kumulatif adalah disusun dari dasar teori-teori yang sudah ada atau memperbaiki, memperluas, serta juga diperkuat dengan teori yang lama. 
  • Nonetis adalah pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik ataupun buruk masalah demikian, akan tetapi lebih ditujukan untuk memperjelas masalah tersebut secara mendalam. 

4. Sosiologi Sebagai Ilmu 

  • Sosiologi adalah ilmu sosial yang sesuai dengan kenyataan yang mempelajari hubungan dengan gejala kemasyarakatan. 
  • Dari segi penerapannya, sosiologi digolongkan dalam ilmu pengetahuan murni (pure science) dan menjadi ilmu terapan (applied science)
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan juga bukan pengetahuan yang konkret. 
  • Sosiologi bertujuan dalam menghasilkan pengertian dan juga pola umum manusia dan masyarakatnya. Sosiologi meneliti dan mencari prinsip dan hukum umum dari interaksi manusia yang bersifat, bentuk, isi dan juga struktur masyarakat. 
  • Sosiologi merupakan ilmu umum, bukan khusus artinya gejala yang ada pada interaksi antarmanusia. 

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sosiologi lahir sejak manusia mulai bertanya tentang masyarakat terutama mengenai perubahannya. Ratusan tahun sebelum Masehi pertanyaan tentang perubahan masyarakat telah muncul. Namun, sosiologi dalam pengertian sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad kemudian. 

1. Perkembangan Awal. 
Para pemikir Yunani Kuno, khususnya Sokrates, Plato, dan Aristoteles, beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran tanpa ada yang bisa mencegah. Kemakmuran dan krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelekkan. 

Anggapan tersebut terus dianut semasa Abad Pertengahan (abad V Masehi sampai ahir abad XIV Masehi). Para pemikir, misalnya Agustinus, Avicenna (Ibnu Sina), dan Thomas Aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari kehendak Ilahi. Sebagai makhluk yang fana manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi padam asyarakat. Pertanyaan (mengapa bisa demikian atau mengapa dapat terjadi begitu saja) dan pertanggungjawabn demikian ilmiah (buktinya ini atau itu) tentang perumbahan masyarakat belum terpikirkan pada masa itu. 

2. Abad Pencerahan: Rintisan Kelahiran Sosiologi 
Sosiologi Modern berakar pada karya para pemikir Abad Pencerahan; abad XVII Masehi. Abad itu ditandai oleh beragam peemuan di bidang ilmu pengetahuan. Derasanya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga berciri ilmiah. Artinya peruahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional); berpedoman pada akal budi manusia. Caranya dengan menggunakan metode ilmiah. Francis Bacon dari Inggris, Rene Descartes dari Prancis dan Wilhelm Leibnitz dari Jerman merupakan sejumlah pemikir yang menekankan pentingnya metode ilmiah untuk mengamati masyarakat. 

3. Abad Revolusi: Pemicu Lahirnya Sosiologi
Perubahan pada Abad Penceranah membawa  sesuatu yang dikatakan perubahan revolusiner sepanjang abad XVII Masehi. Perubahan demikian dikatakan revolusioner karena struktur atau tatanan pada masyarakat lama dengan cepat berganti kedalam struktur yang baru. Revolusi sosial yang paling jelas tampak dalam revolusi amerika, revolusi industri, dan revolusi prancis. Ketiga revolusi demikian berpengaruh ke seluruh dunia. Hal demikian dikatakan wajar mengingat kawasan Asia dan Afrika seketika itu sedang menjadi suatu daerah koloni Eropa. 

Pada revolusi Amerika, koloni Inggris di Amerika Utara ini membentuk suatu negara republik yang demokratis dimana pemerintahan jenis demikian baru pertama kali muncul saat itu, ketika kebanyakn nenara membnetuk pemerintahan monarki. Gagasan tentang kedaulatan rakyat (rakyat yang berkuasa) dan pentingnya hak asasi manusia (semua orang bermartabat sama) telah mengubah susunan serta kedudukan orang dan kelompok masyarakat. 

Pada masa revolusi industri muncul kalangan baru dalam masyarakat yakni kaum kapitalis yang mempunyai modal dalam membuat usaha, serta kaum bangsawan dan rohaniawan yang sebelumnya lebih berkausa mulai disaingi kaum kapitalis yang menganlkan ekonomi. Kemudian saat itulah muncul kesadaran akan hak asasi manusia dan persamaan semua orang di hadapan hukum yang mengkaibatkan terjadinya Revolusi Prancis. 

Pada saat itu, rakyat menggulingkan kekuasaan bangsawan yang dianggap bersenang-senang di atas penderitaan rakyat lalu membentuk suatu pemberintahan yang lebih demokratis. 

Revolusi-revolusi ini menyebabkan terjadinya berbagai perubahan dan gejolak dalam masyarakat. Tatanan yang telah berusia ratusan tahun dalam masyarakat diobrak-abrik dan dijungkirbalikkan. Perubahan demikian tidak jarang disertai dengan adanya peperangan, pemberontakan dan kerusuhan yang membawa kemiskinan dan kekacauan. Karena itulah, para ilmuwan yang tergugah untuk mencari cara menganalisis perubahan secara rasional dan ilmiah sehingga dapat diketahui sebaba dan akibatnya. Tujuannya, agar bencana yang terjadi akibat perubahan dalam masyarakat dapat diantisipasi dan juga dihindari. 

4. Kelahiran Sosiologi
Pada abad XIX, sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus dalam mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Mereka berupaya membangun suatu teori sosial yang berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat disetiap tahap peradaban manusia. Untuk membangun teori tersebut diperlukan suatu perhatian pada mereka yang tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban manusia dari masa ke masa. 

Ilmuwan yang hingga sekarang diakui Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte. Dalam bukunya Cours de Philosophie Positive (Filsafat Positif), ilmuwan Prancis ini memperkenalkan istilah "Sosiologi" sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Pendekatan khusus inilah yang sebelumnya merupakan metode yang biasa digunakan dalam ilmu alam (sains). Oleh karena itu, Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil. 

Rintisan comte tersebut mendapat sambutan luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Pitirim Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Georg Simmel, dan Max Weber. Semuanya berasal dari Eropa. Mereka berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang kemudian sangat berguna bagi perkembangan sosiologi. 

Secara umum, pendekatan yang ditawarkan oleh para ilmuwan sosial di abad XIX cenderung makro. Bagi mereka perubahan suatu masyarakat dapat diprediksi (diramalkan) dari karakteristik (ciri khas) masyarakat itu secara keseluruhan. Alasan mereka, karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku para warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro tersebut yang mendapat kritik dari para ilmuwan sosial pada abad XX.

5. Kelahiran Sosiologi Modern 
Sosiologi memang lahir di Eropa, namun perkembangan pesat sosiologi modern justru terjadi di Amerika, khususnya di Amerika Serikat dan Kanada. Kondisi itu eat kaitannya dengan gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut.

Memasuki abad XX, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala ini diakibatkan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas ataupun kerusuhan khas perkotaan sampai dengan tuntutan hak pilih bagi wanita dan kaum buruh.

Gejolak sosial demikian membawa perubahan masyarakat yang mencolok. Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka pun berupaya menentukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi sosial ketika itu. Lahirlah sosiologi modern.

Bertolak belakang dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cendenrung mikro atau disebut dengan empiris. Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari dari setiap fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta-fakta sosial itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian dalam sosiologi.